Kamis, 04 Maret 2010

Melindungi dan Melestarikan Kebudayaan Daerah Bangsa Indonesia.

Tema A : Tentang Silus Hidup Pengembangan Sistem
Siklus hidup pengembangan sistem adalah pendekatan melalui beberapa tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang dimana sistem tersebut telah dikembangkan dengan sangat baik melalui penggunaan siklus kegiatan penganalisis dan pemakai secara spesifik, siklus itu antara lain :
1. Mengidentifikasikan masalah, peluang dan tujuan.
2. Menentukan sarat-sarat informasi.
3. Menganalisis kebutuhan sistem.
4. Merancang sistem yang direkomendasikan.
5. Mengembangkan dan medokumentasikan perangkat lunak.
6. Menguji dan mempertahankan sistem.
7. Mengimplementasikan dan mengevaluasikan system
Berikut ini adalah salah satu contoh tentang silus pengembangan system dengan judul Melindungi dan Melestarikan Kebudayaan Daerah Bangsa Indonesia.

1. Latar Belakang

Saat ini sedang hangat dibicarakan publik dinegara ini adalah adanya beberapa pengakuan mengenai budaya dan produk khas bangsa Indonesia oleh negara lain. Masalah ini terjadi karena belum adanya pendataan, penyimpanan, dan verifikasi mengenai kebudayaan dan produk khas bangsa Indonesia secara menyeluruh di institusi pemerintah secara terpusat, kemudian melakukan paten terhadap produk tersebut sebagai bagian dari upaya perlindungan dan pelestarian budaya.
Terlepas dari masalah hukum yang berlaku disetiap negara atau hukum yang berlaku secara universal mengenai sosial, budaya dan pariwisata, maka pemerintah sebagai institusi yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kebijakan agar dapat melindungi dan melestarikan kebudayaan asli bangsa Indonesia dapat berupaya dengan cara membangun sistem informasi budaya dan pariwisata yang terintegrasi dan memanfaatkan teknologi informasi agar dapat mendata budaya dan hasil karya khas bangsa Indonesia yang dimiliki secara menyeluruh, disamping itu dapat memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui informasi perkembangan budaya Indonesia yang dimiliki sebelum hasil-hasil karya yang dilahirkan dipatenkan.
Untuk mendukung pembangunan sistem informasi dan implementasi teknologi informasi dalam bidang budaya dan pariwisata ini, dibuat suatu model berupa arsitektur informasi yang merupakan salah satu alternatif untuk menggambarkan keterkaitan informasi.

1.1. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
a. Belum adanya deskripsi proses yang formal untuk mendaftarkan kebudayaan dan produk khas daerah bangsa Indonesia kepada institusi yang berwenang
b. Institusi Belum menetapkan pendekatan apa yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk membuat model, dimana model tersebut bisa menggambarkan keterkaitan informasi antara kelompok proses dan bisa diimplementasikan untuk pembangunan sistem informasi.

1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Melakukan pendekatan dengan menggunakan Metodologi Business System Planning untuk mengidentifikasi proses dan kemudian mengelompokkan proses tersebut berdasarkan aktifitas yang berkaitan
b. Membuat arsitektur informasi sebagai model untuk menggambarkan keterkaitan informasi antara kelompok proses
c. Memberikan gambaran alternatif pendekatan apa yang dapat digunakan untuk membuat suatu model, dimana dari model tersebut dapat dikembangkan untuk membangun sistem informasi dan mendukung implementasi teknologi informasi.

1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan adalah :
a. Dengan adanya informasi deskripsi proses formal untuk mendaftarkan karya – karya dalam bidang kebudayaan , maka memudahkan masyarakat untuk memahami prosedur yang harus dijalankan dan akan lebih meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya dan produk khas bangsa Indonesia.
b. Dengan adanya model arsitektur informasi, maka didapatkan gambaran mengenai keterkaitan informasi antara kelompok proses sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk implementasi teknologi informasi yang akan diterapkan.

2. Analisa dan Perancangan
Konsep BSP (Business System Planning) menterjemahkan strategi bisnis organisasi kedalam strategi sistem informasi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan kemudian mengidentifikasi proses-proses , mengelompokkan proses yang berkaitan erat dan kemudian mengintegrasikan kelompok proses tersebut sesuai dengan fungsinya seperti terlihat dalam gambar 1
















Gambar 1.
Pendekatan Perencanaan Sistem Informasi
Tujuan organisasi adalah membangun model arsitektur informasi untuk mendukung pembangunan sistem informasi dan implementasi teknologi informasi yang dapat diakses oleh berbagai pihak sesuai dengan kebutuhan dan otoritas yang diberikan dalam bidang budaya dan pariwisata.

Adapun identifikasi proses-proses dapat dilihat pada gambar 2.























Gambar 2. Identifikasi proses
Setelah proses-proses diidentifikasi kemudian menggambarkan diagram alir seperti terlihat pada gambar 3.








Gambar 3. Diagram Alir Proses

Tahap berikutnya adalah mendefinisikan kelas data. Karena satu sasaran perencanaan sistem informasi adalah membantu mengatur sumber daya data. Beberapa tahap untuk mendefinisikan kelas data adalah sebagai berikut :

Tahap 1 Identifikasi kelas data , dalam identifikasi kelas data ini dilakukan pendekatan dengan menghubungkan sumberdaya yang digunakan dalam proses dengan tipe data. Klasifikasi tipe data terdiri dari inventory data , transaction data, model data, dan statistical/summary data.

Tahap 2 Tahap kedua untuk mendefinisikan kelas data adalah validasi kelas data untuk masing-masing proses.

Tahap 3 Tahap ketiga adalah mendeskripsikan kelas data

Tahap 4 Tahap keempat adalah menghubungkan kelas data dengan proses

Setelah mendefinisikan kelas data kemudian mendefinisikan arsitektur informasi. Untuk mendefinisikan arsitektur informasi langkah pertama adalah mengelompokkan proses-proses dalam matrix yang telah dibuat sebelumnya yaitu matrix kelas data-proses. Langkah kedua adalah memberikan aliran panah dari satu kelompok proses ke kelompok proses yang lain yang menandakan bahwa dari satu sub sistem terdapat aliran informasi ke sub sistem lain. Langkah ketiga adalah menggambarkan arsitektur informasi, seperti yang terlihat pada gambar 4







Gambar 4. Arsitektur Informasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar